“Ketidakmungkinan hanya ada di sudut-sudut. Sayangnya Galileo membuktikan bahwa bumi itu bulat”.
Siapa yang tidak mengidolakan Eka Ramdani dikalangan bobotoh? Mungkin hanya sedikit bobotoh yang tidak mengidolakannya. Banyak anak kecil yang lahir di Bandung ataupun Jawa Barat telah menerima warisan untuk mencintai Persib. Seringkali ditemukan ketika mereka menonton Persib langsung ke stadion, ataupun di luar pertandingan yang memakai baju bertuliskan di punggungnya “EKA RAMDANI” dan ketika ditanya dengan pertanyaan “Kalau sudah besar, ingin seperti siapa di Persib?” tak sedikit yang menjawab “Ingin seperti Eka.”
Siapa yang meragukan kemampuan Eka Ramdani sebagai otak serangan Persib Bandung? Lagi-lagi saya harus jawab: “Mungkin sedikit”. Eka adalah pemain lengkap. Postur tubuh yang mungil memang anugerah tersendiri dari Sang Pencipta. Kakinya yang pendek tapi gempal dan kekar, sorot mata yang tidak tajam tapi meyakinkan, disanalah semua harapan-harapan masyarakat Bandung dan Jawa Barat. Di kakinya, di otaknya dan di hatinya.
Xavi yang dimiliki Persib, Pirlo yang dimiliki Persib. Begitulah sekilas ketika melihat aksi Eka menerima bola dan membagi bola. Gerrard di Persib, Lampard di Persib. Teringat ketika Eka seringkali melepaskan tembakan keras dan akurat dari jarak jauh. Tidak jarang gol tercipta dari sepakan kerasnya. Jadi siapa yang tidak mengenal Eka Ramdani di komunitas pencinta sepak bola Indonesia?
“Eka, Eka, Eka Ramdani. Eka Ramdani di hati kita.” terdengar lantang dari seluruh sudut-sudut yang tidak tertangkap kamera di stadion. Mereka menyayangi seluruh pemain persib. Dan tidak dapat disangkal Eka selalu mendapat ruang khusus di hati mereka.
“Orang yang kau sayangi. Adalah orang yang paling berpotensi menyakitimu.”Musim demi musim berganti. Persib tetaplah Persib. Biru tetaplah biru. Tapi pemain tidak dapat tertebak akibat profesionalisme. Hingga akhirnya kabar yang tak pernah diharapkan, kenyataan yang tidak pernah terbayangkan terjadi. Eka memilih hengkang dan berbaju oren. Bukan Persija, tapi Persisam. Mengikuti Cristian Gonzales yang terlebih dahulu memantapkan diri menjadi bagian dari sebuah klub asal Samarinda tersebut. Kabar kepergian Eka memang santer sekali setelah dalam beberapa momen, Eka tidak hadir. Dimulai ketika perkenalan tim Eka tidak datang. Walaupun akhirnya datang saat Persib menggelar latihan perdananya. Saat itu Eka tidak ikut berlatih karena mempunyai alasan yaitu cedera saat membela Indonesia melawan Iran. Beberapa kali Eka sempat diwawancara dan menyatakan dia akan tetap di Persib. Mungkin pernyataan Eka itulah yang sangat membuat bobotoh kecewa terhadapnya. Banyak hinaan untuknya dimulai dari dunia internet. Para bobotoh yang sedang asyik menjelajah dunia dengan cara terpraktis itu tercengang melihat berita keresmian Eka berkostum Persisam musim depan. Tanpa pikir panjang status yang mulanya tentang cinta, keluhan hidup berubah menjadi satu tema “EKA RAMDANI”
Tidak ada yang benar dan juga tidak ada yang salah. Tidak yang bisa dibenarkan dan tidak ada juga yang bisa disalahkan. Ini sepakbola. Turun ke liga hingga kebijakan transfer. Mungkin belum ada alasan dan penjelasan yang bisa Eka sampaikan kepada bobotoh, atau mungkin hanya masalah waktu. Kekecewaan juga dirasakan salah satu pentolan Viking atau organisasi terbesar pendukung Persib, Yana Bool. “Perlu diingat kita pendukung Persib, bukan pendukung Eka Ramdani” kata Yana. Semua yang ditakutkan sudah terjadi, semua mimpi buruk menjadi kenyataan. Tidak perlu disesalkan terlalu larut kepergian Eka. Persib bukan seutuhnya Eka, begitupun sebaliknya. Loyalitas Eka yang terlanjur dibanggakan bobotoh tinggal cerita lama. Eka bisa dikatakan calon legenda yang memilih melupakannya. Itu semua pilihan. Kita tidak bisa memaksakan hati yang sudah tidak seratus persen untuk klub. Tersimpan potensi-potensi binaan Persib yang bisa lebih segalanya dari Eka. Eka sudah pergi, tapi tidak dengan bobotoh. Mereka tetap tinggal dan selalu ada untuk Persib.
“Eka, Eka, Eka Ramdani. Eka Ramdani di hati kita.” Nyanyian semangat tersebut sekarang dipastikan hilang di stadion untuk kompetisi musim ini, mungkin seterusnya ketika Eka tidak akan pernah kembali lagi membela Maung Bandung.
Kebersamaan sulit terjadi ketika tidak ada persamaan kepentingan. Itu jalan pilihan Eka. Dan tidak berpengaruh terhadap nama besar Persib.
Selalu sukses untuk Persib dan Eka!
Ditulis oleh Adyra Aradea Febriana, 2011